Dulu aku
mengaguminya, saat aku hanya bisa memandang dari kejauhan, hanya kesempurnaan
yang terpancar, tapi ia menghancurkan semuanya,. Ia telah berubah. Kini hanya
sebuah kenangan manis yang aku rindukan. Aku merindukan ia seperti ia pada
waktu itu, saat ia masih memakai mahkota jilbab dikepalanya, sungguh cantik
rupawan. Entah kenapa ia berbalik arah. Ia lebih memilih untuk melepas mahkota
dari kepalanya. Hanya karena pekerjaan sebagai alasan utamanya.. Bagiku,
seorang perempuan berjilbab itu, lebih terhormat dan bermartabat. Dengan jilbab
pula aurat seorang perempuan bisa ditutupi.
Dulu ia sangat
menjaga muru’ah, menjaga pandangan dari para lelaki, ia selalu menundukkan
kepalanya bila ia sedang berjalan, dan ia membungkukkan badannya ketika ia
sedang berjalan didepan orangtua dan mengatakan kata-kata sopan,
“ sudah lah
Khan,, ga usah dipikir, toh dia sudah menjadi milik orang lain, mungkin kamu
bukan jodohnya”. Kata Ilyas membuyarkan lamunanku.”
“ tapi aku
masih menyayanginya, perasaanku masih seperti yang dulu”
“iya, aku
tahu, tapi jangan terlalu memikirkannya, belum tentu ia memikirkanmu, mending
kamu nyoba menyibukkan diri agar kamu sedikit melupakannya”
“ tapi semakin
aku melupakannya, semakin aku mengingatkannya,,”
Kami terdiam.
Aku
kecewa. Rasanya aku kecewa sekali. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Alasannya
karena uang aku tak dapat membantunya, sedang aku juga bukan orang yang berada,
andai saja aku orang kaya, aku akan sedikit membantu kebutuhannya. Aku ingin ia
menjadi pendampingku, aku tak bisa berbuat apa-apa, sedang komunikasipun aku
tak pernah, aku hanya sedikit dapet kabar begitu, rasanya aku kecewa . kecewa
sekali.
Kalau
dari dulu ia jujur padaku aku pasti carikan solusi, tapi dia tak begitu, ia
lebih suka menutup diri, ia lebih suka diam pada maslahnya sendiri, rasanya aku
ingin sekali menemui kelarganya, ingin sedikit menceritakan apa yang aku
rasakan, apa yang aku kecewakan pada dirinya. Tapi tak mungkin aku tak tahu tempat
tinggalnya. Ia sudah pindah rumahtiga bulan yang lalu, pergi kemedan, medan itu
jauh, aku nbelum tahu daerah medan itu seperti apa. Rasamya batin ini ingin
menjerit.
Kalau
saja yang buka jilbab bukan dia, aku biasa-bias saja, tapi kalau dia yang bukak
jilbab rasanya hati ini terasa teriris-iris, sakit. Sakit sekali. Rasanya tak
terima, kapan aku bisa ketemu, aku inging ngomong, aku emangdari dulu
mengaguminya, saying dan cinta tapi aku belum pernah mengungkapkannya, tapi
hati ini masih ada untuknya, untuk bisa disatukan, untuk menjalin hubungan yang
lebih serius, tapi ia sebenarnya ngerasa ga sih kalalu aku suka. Tapi bagaimana
mungkin kalua dia ngerasa akalau aku saying ama dia, sedang aku tak pernah
mengungkapkannya. Aku hanya menulis nya dibuku diaryku.mungkin kalau ia pernah
membuka buku catatanku pasti ia tak percaya, aku masih menyimpannya di dalam
lemari. Hamper 3 buku hanya ungkapan cintaku padanya. Tak tahu banyak sekali
puisi-puisi yang belum aku samapaikan untuknya bahkan tak pernah, aku llebih
memilih untuk dituliskan di buku diaryku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nama