CeritaKu

Senin, 22 Juli 2013

Kenapa Kau Lepaskan Jilbabmu, Sayang,,

Dulu aku mengaguminya, saat aku hanya bisa memandang dari kejauhan, hanya kesempurnaan yang terpancar, tapi ia menghancurkan semuanya,. Ia telah berubah. Kini hanya sebuah kenangan manis yang aku rindukan. Aku merindukan ia seperti ia pada waktu itu, saat ia masih memakai mahkota jilbab dikepalanya, sungguh cantik rupawan. Entah kenapa ia berbalik arah. Ia lebih memilih untuk melepas mahkota dari kepalanya. Hanya karena pekerjaan sebagai alasan utamanya.. Bagiku, seorang perempuan berjilbab itu, lebih terhormat dan bermartabat. Dengan jilbab pula aurat seorang perempuan bisa ditutupi.
Dulu ia sangat menjaga muru’ah, menjaga pandangan dari para lelaki, ia selalu menundukkan kepalanya bila ia sedang berjalan, dan ia membungkukkan badannya ketika ia sedang berjalan didepan orangtua dan mengatakan kata-kata sopan,
“ sudah lah Khan,, ga usah dipikir, toh dia sudah menjadi milik orang lain, mungkin kamu bukan jodohnya”. Kata Ilyas membuyarkan lamunanku.”
“ tapi aku masih menyayanginya, perasaanku masih seperti yang dulu”
“iya, aku tahu, tapi jangan terlalu memikirkannya, belum tentu ia memikirkanmu, mending kamu nyoba menyibukkan diri agar kamu sedikit melupakannya”
“ tapi semakin aku melupakannya, semakin aku mengingatkannya,,”
Kami terdiam.
                Aku kecewa. Rasanya aku kecewa sekali. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Alasannya karena uang aku tak dapat membantunya, sedang aku juga bukan orang yang berada, andai saja aku orang kaya, aku akan sedikit membantu kebutuhannya. Aku ingin ia menjadi pendampingku, aku tak bisa berbuat apa-apa, sedang komunikasipun aku tak pernah, aku hanya sedikit dapet kabar begitu, rasanya aku kecewa . kecewa sekali.
                Kalau dari dulu ia jujur padaku aku pasti carikan solusi, tapi dia tak begitu, ia lebih suka menutup diri, ia lebih suka diam pada maslahnya sendiri, rasanya aku ingin sekali menemui kelarganya, ingin sedikit menceritakan apa yang aku rasakan, apa yang aku kecewakan pada dirinya. Tapi tak mungkin aku tak tahu tempat tinggalnya. Ia sudah pindah rumahtiga bulan yang lalu, pergi kemedan, medan itu jauh, aku nbelum tahu daerah medan itu seperti apa. Rasamya batin ini ingin menjerit.
                Kalau saja yang buka jilbab bukan dia, aku biasa-bias saja, tapi kalau dia yang bukak jilbab rasanya hati ini terasa teriris-iris, sakit. Sakit sekali. Rasanya tak terima, kapan aku bisa ketemu, aku inging ngomong, aku emangdari dulu mengaguminya, saying dan cinta tapi aku belum pernah mengungkapkannya, tapi hati ini masih ada untuknya, untuk bisa disatukan, untuk menjalin hubungan yang lebih serius, tapi ia sebenarnya ngerasa ga sih kalalu aku suka. Tapi bagaimana mungkin kalua dia ngerasa akalau aku saying ama dia, sedang aku tak pernah mengungkapkannya. Aku hanya menulis nya dibuku diaryku.mungkin kalau ia pernah membuka buku catatanku pasti ia tak percaya, aku masih menyimpannya di dalam lemari. Hamper 3 buku hanya ungkapan cintaku padanya. Tak tahu banyak sekali puisi-puisi yang belum aku samapaikan untuknya bahkan tak pernah, aku llebih memilih untuk dituliskan di buku diaryku.
               



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nama