Aku adalah seorang
laki-laki, namaku Rama Bartano, orang-orang memamnggilku Baron. Entah kenapa
nama aneh itu melekat pada diriku, rasanya akupun nyaman menyandang nama itu,
nama yang diberikan oleh teman-teman SMK dulu di Cilacap. Mungkin karna tampangku
kelitan preman, rambutku gondrong, kulitku sawo matang, jarang sisiran,
pokoknya semerawudan.
Aku mencintai
seorang cewek ia bernama Nita Natalia. Orang-orang memanggilnya Nita. Nama yang
cukup cantik , secantik orangnya. Ia berambut panjang sedikit ikal tapi ia tak
pernah membuka rambutnya di halayak ramai layaknya remaja pada zaman sekarang,
ia lebih suka berhias diri dengan menutup kepalanya, ia membalutnya dengan
kerudung, bukan berarti ia kurang PD dengan rambutnya, akan tetapi ia menjaga auratnya
sesuai dengan tuntunan Islam ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu anjuran untuk
menutup aurat. Ia selalu menambahkan hiasan bros setiap kali memakai jilbab.
Wajahnya cantik, ini yang membuatku bertekuk lutut untuk memiliki seutuhnya.
Dizaman sekarang sulit sekali ditemukan gadis seperti Nita, cantik, imut, pinter
dan Sholekhah.
Aku menjalin
hubungan dengannya selama kurang lebih 7 tahun, bukan waktu yang sebentar, 7
tahun adalah waktu yang cukup lama dalam membina hubungan tali cinta antara
sepasang kekasih, tapi pada kisah kami perujung dengan perpisahan, Nita
melanjutkan kuliyah di Undip, Semarang bersama Rahman teman akrabku, sementara
aku melanjutkan kuliyah di Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap,
kami terpisah jauh, perjalanan semarang Cilacap hampir 8 jam, cukup jauh, kami
jarang ketemu, hanya komunikasi lewat Hp, tetapi karena kesibukan
masing-masing, Nita Sibuk dengan tugas-tugas kuliyahnya sedangkan aku sibuk
dengan pekerjaanku sebagai tenaga pengajar di Pondok Pesantren al Ihya ‘Ulumaddin
Cilacap, tempat aku menimba ilmu sehingga komunikasi kami sempat terputus,
tetapi setiap kali lebaran aku mencoba untuk bersilaturrahim kerumahnya,
disinilah aku memanfaatkan moment untuk berjumpa dengan Nita setelah lama tak
berjumpa, rasanya kangen sekali setelah sekian lama terpisah jauh.
Cinta kadang bukan
hanya karena pandangan pertama tapi karena kulino, selalu bersama, seperti
halnya Nita dengan Rahman, ia satu kampus satu fakultas, satu kelas.
Kemana-mana selalu bersama, mungkin Nita lebih lama mengenal lebih dekat Rahman
dari pada diriku karena aku tak pernah bersama, ya mungkin karena cintaku
terhalang oleh jarak dan waktu, Nita pulangke Cilacap, kerumah tiap kali
lebaran, kapan aku bisa ketemu, sangat sulit untuk menjaga, apalagi ia adalah
seorang cewek yang cantik pasti disana sudah banyak yang naksir, mungkin Nita
ga bisa menjaga cintaku yang aku susah payah aku bangun selama 7 tahun itu.
Suatu hari ia
tiba-tiba memberi kabar bahwa dirinya akan menikah dengan Rahman,teman
sekelasku dulu, teman akarabku dulu di Pesantren, kemana-mana aku selalu dengan
Rahman temanku, kesekolah selalu berboncengan, walaupun sepeda kami sering
bocor, susah duka kami selalu bersama. Rasanya perih sekali, bagai
disayat-sayat pedang, begitu perihnya seperti tertusuk pedang dari belakang,
bagiku ia telah menghianati persahabatanku, memisahkan cintaku antara aku dan
Nita.
“ Baron,
maafkan aku yah, insya Allah besok aku akan menikah dengan Rahman, aku ingin
kau hadir dalam acara pernikahanku besok, dan aku ingin kau beserta rombongan grup
band mu untuk bisa berkenan hadir sebagai acara hiburan pada acara pernikahanku
besok, maafkan aku, bukan aku bermaksud menghianati cinta putih kita, yang
telah kita bina selama 7 tahun itu, bukan bermaksud aku menyakiti hatimu, tapi
mungkin Allah telah menurunkan jodoh pada ku yang lain,bukan dirimu, maafkan
aku Baron, bukan aku bermaksud menyakiti hatimu”
Aku hanya
menganggukkan kepala, air mataku menetes tak terbendung, rasanya seperti mimpi,
begitu cepatnya kau meninggalkan diriku yang malang, mungkin benar Tuhan telah
menggariskan jodohnya masing-masing, lama membina cinta bukan ukuran untuk bisa
menjadi jodoh, tapi jodoh ada ditangan Tuhan. Mungkin dia yang terbaik untuk
dirinya, cinta tidak harus memiliki.ya Allah Tuhanku aku titipkan Nita Natalia
pada-Mu. Jaga ia baik-baik. Sesungguhnya engkau adalah penjaga yang
sebaik-baiknya. Aku masih mencintainya Tuhan, walau aku tidak harus memilikinya. Mungkin ini
sudah menjadi suratan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nama