Batam, (Beni)
Semua berawal dari sini.
Dari suatu ketidak kesengajaan, kau yang mengawali, aku tak kenal kau dan
kaupun begitu. Aku tak tahu kenapa kau yang memulainya.
Maafkan aku ummi.
Maafkan. Aku kangen. Aku rindu. Memang aku yang memintamu tuk melupakankku tapi
ternyata aku tak mampu. Aku sadar itu Ummi. Aku sadar itu Ummi. Sadar dengan sesadarnya. Tak tahu kenapa hati ini, memintaku tuk memutar
memori tentang kita kembali, saat kita sering bermain dengan kata sayang,
saling berciuman lewat telephon. Ya mungkin karena kita belum pernah ketemu,
kenal wajahnya juga belum. Satu hal yang menarik, kau selalu membuatku
tersenyum kau begitu lucu, imut aku belum kenal kamu Ummi, hanya lewat suara
telphon yang biasanya kita lakukan menjelang tidur. Semua berawal dari sini
dari sebuah nomor nyasar . aku tak tahu, pada awalnya aku merasa terganggu,
tapi kian hari kian tak tahu, mungkin kau risih setelah aku cerita panjang
lebar tentang keburukan yang pernah aku lakukan. Kau mungkin masih ingat apa
yang aku ceritakan, pada awalnya aku ragu tuk menceritakan semua itu, tapi aku
sudah percaya kamu Ummi. Ummi maafkan aku, maafkan aku terlalu fulgar, mungkin
kau adalah gadis yang pernah aku kenal dan sampai pada saat ini. Aku tak peduli aku
terus bercerita aku memilih jujur. bahkan untuk menceritakan perbuatanku yang
tak patut dilakukan oleh selayaknya suami istri aku sudah melakukan perbuatan
itu enam kali. Aku jujur. Mungkin aku
mulai jujur dan terbuka ketika kau menanyakan tentang shalat padaku. Aku jujur
belum bisa melaksanakan shalat karena
aku sibuk kerja. Ya sibuk kerja . itu memang alasan yang tepat. Tapi kau
malah mendesakku dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatku malu. Ya. Mungkin
kau tinggal dipesantren yang dikenalkan dengan dunia agama sementara aku dan keluargaku tak pernah makan dunia pesantren. Tapi bahasa yang kau pakai mampu membawaku
kedalam imajinasi surga cinta buta . Aku teringat pangeranmu pasti marah kalau
dia tahu. membuka masa lalu, yang
mungkin membuat kita sakit. Aku juga
tahu sebenarnya Ummi juga sudah bertunangan, aku tahu Ummi, aku sadar, maafkan
aku Ummi, tapi rasanya hati ini ingin mengulang memori dulu yang pernah kita
bangun. Aku sadar sebenarnya itup adalah salahku, dan kamu tak salah.
Foto yang kau kirimkan
lewat pangeranmu, masih aku simpan. Memang itu salah,tapi itu kelicikannku aku
tak ingin kehilangnnmu. Aku lebih tak tega jika pangeranmu senyum dalam
kepedihan.
*****
Cilacap, (Ummi)
Setahun kurang 17 hari
aku menunggumu mendengar suara yang sudah lama aku rindu dan aku tunggu sampai aku
menangis. Aku ingin bicara banyak sampai sekarangpun aku belum tahu kabarmu,
nomor telephonmu ga aktif nomorku sudah ganti, aku tak bisa mencari dirimu, lewat temanpun aku sudah kulakukan dan
ternyata hasilnya nihil, siapa yang dapat menunjukan keberadaan mu. Alamatmupun
aku tak punya. Mungkin kita belum terlalu jauh dalam berkenalan. Mungkin kamu
juga begitu. Yang aku tahu hanyalah sebuah kata yang selalu ku ingat nama kota
tinggalmu wangon. Ya wangon. Kau sebut nama kota itu berulang-ulang padahal aku
tahu wangon itu luas. Tapi kenapa. Begitu bodohnya aku tidak menanyakan alamat
yang tepatda aku juga tidak memberikan
alamatku padamu. Aku bodoh sekali Tuhan. Bodoh. Aku mungkin manusia terbodoh
didunia.
Rasa kangen ini aku
tahan. Aku hanya bisa menangis. Tiga hari yang lalu aku pergi kewangon aku
teringat dirimu , tapi aku tak tahu apa yang harus kuperbut. Aku tak tahu
keberadanmu kabar terakhir kamu bilang kamu kerja di Batam. Aku hanya bisa
menangis. Aku rasanya lemah banget om. lemah banget. Aku tahu mungkin panggilan
ini risih didengar olehmu. Aku tahu, tapi aku enggak ingin pangeranku cemburu.
aku enggak ingin menyakiti. walaupun sebenarnya pangeranku tersakiti. Aku
mungkin salah. Maafkan aku mas. Maafkan aku sayang. Mungkin aku adalah wanita
terjahat yang pernah kau kenal. Aku kembali menangis.
Beberapa detik aku
terdiam. Aku masih menangis duduk diatas kasur sembari memeluk bantal. Rasa
rindu ini tak tertahan lagi. Ingin bicara banyak aku tak mengerti apa yang harus aku lakukan.
Mencari di face book tentangmu tak ada. Apa mungkin namamu bukan namammu. Aku
belum bisa berhenti menangis. Mungkin kamu juga begitu om?
Aku tidak tahu apa yang
terjadi kemudian. Aku hanya bisa diam menunggu sampai akhirnya aku putuskan
bertanya pada pangeranku.
" Ada kabar enggak
dari om?
Kenapa?
Kangen?
Kau diam sejenak.
Mungkin kau sakit. Mungkin kau menangis. Kau tak menjawab apa-apa. Aku putuskan
tuk menutup telephon aku tak ingin membuat perkara lagi. Harapanku mungkin om
pernah memberi kabar dirinya pada pangeranku. Itu firasatku dan aku yakin karena dulu aku pernah memberi nomor itu pada kamu
om. Ya mungkin kalau itu belum kau hapus. Kalau sudah kau hapus ya mungkin kita
sudah tak ketemu lagi.
Perjalanan kita begitu
singkat. Hanya empat bulan. Lalu kau meninggalkan aku tanpa kabar. Ya
mungki itu adalah keinginanmu. Kau takut
pangeranku cemburu. Kau tahu pangeranku pasti cemburu. Kau tak ingin menyakiti
pangeranku. Tapi mungkin aku yang egois. Aku juga tahu apa yang kita lakukan
itu pangeranku akan marah. Aku tak perduli. Aku terlalu egois. Tapi aku tak
peduli itu. ,maafkan aku sayang. Maafkan aku. Mungkin aku merasa aku masih muda
aku ingin bermanja-majaan dengan orang lain. Bukan dengan calon suamiku. Aku
tahu pasti kau sakit. Tapi aku tak peduli. Mungkin kau akan menangis melihat
kelakuannku.
*****
Disuatu malam (Beni)
Sayang, kau dengar
jeritan hatiku selalu menggailmu. Ummi. Mungkin nama itu cukup tua bagimu tapi
kau yang minta aku pangil dirimu. Teman-temanmu juga banyak yang memanggilmu Ummi.
Tapi kau malah panggil aku Om. Aku tak tahu kenapa kau suka panggil dengan
panggilan Om. Mungkin untuk ukuran pacaran bukan levelnya. Tapi itu sudah jadi
kesepakatan kita. Dulu aku panggil kau Mami dan kuminta kau pangil aku Papih tapi
kau malah menolak. Kau lebih suka di panggil Ummi. Dan kau lebih suka manggil
aku om. Ah, aku tak perduli semua itu.
Aku merebahkan tubuhku
keatas kasur yang sangat empuk. Aku masih membuka memori kita. Aku sangat
bersalah pada pangeranmu. Aku merebut kebahagiaannnya. Aku menatap candela
kamar. Ada gerimis diluar yang mengalir bersama dengan kisah kasih kita. Aku
masih merenung. Dan bertanya-tanya dalam hati, sebuah pertanyaan yang
misterius. kenapa aku jatuh cinta pada orang yang tak aku kenal. Bertemupun aku
tak pernah. Aneh. Aku masih berdiri memandangi
gerimis diluar. Aku masih menangis menahan rasa rindu. Aku juga tak tahu apa
yang harus aku lakukan. Nomormu sudah aku hapus, itu memang keinginanku. Tapi
ternyata itu malah membuatku rindu. Aku hanya bisa berharap kau hadir kembali
memberi senyum manis tuk ku. Kau adalah penyemangat dalam hidupku. Mungkin aku
belum pernah merasakan tertawa lepas seperti kau ketika bicara. Kau membuatku
senyum dan semangat. Dan aku merasa tanpamu hidupku lumpuh. Aku tak tahu adakah
penggantimu yang mampu menggantikan posisimu. Mungkin aku jahat. Tapi yang aku
inginkan kau jadi permasuriku Ummi. Aku egois. Aku terlalu egois. Tapi kau
sudah ada yang miliki. aku ragu semuanya akan terjadi Karena kau anak shalikhah
sedangkan aku? Ah tak perlu aku ulangi ceritaku.
*****
" assalamu'alaikum
om.." beberapa kali aku salam kau tak pernah jawab, satu dua kali mungkin
itu wajar tapi kali ini lebih dari itu aku heran. Bukannya njawab tapi malah
kau sapa aku dengan kata sayang. Ya memang itu yang membuat aku terpanah oleh
rayuan gombalmu. Tapi sampai detik ini aku juga belum tahu om islam atau bukan,
aku belum pernah mendengar ucapan salam tuk ku, kau lebih memilih dengan sapaan
sayang ketimbang salam. Ya mungkin kita beda. Ah sudalah lupakan.
……..????!?? (Beni)
Sebelas hari yang lalu, kamu bertanya padaku.
Pertanyaan yang membuat aku berfikir 100 % lebih maksimal.
" Om agamanya
islam kan?" pertanyaan lugu yang baru pertama aku dengar dari seorang
cewek. Aku rasa kau takut tuk menayakan hal itu padaku. Aku diam. Tertegun
dengan pertanyaan yang terlontar dari bibir manismu.aku berfikir. Aku belum
njawab pertanyaanmu kau sudah minta maaf. Mungkin kau takkut aku
tersinggung. Ya mungkin kau sudah menata
bahasa yang pas tuk melontarkan
pertanyaan itu. Tapi aku masih diam,
" kenapa sih ko
Tanya begitu? Jawabku enteng" kau masih belum puas dengan jawabanku. Kau
masih penasaran.
" Om kenapa ketika
aku salam ga pernah dijawab. Itu adalah pertanyaan yang selalu menghantuiku.
Aku penasaran om. Penasaran. Ya mungkin jika petayaan ini membuat kau
tersiggung atau apa makna yang senada sudah ga usah dijawab.
" Ummi sayang, aku
agamanya islam 100%"
Kau masih penasaran.
Kau masih belum puas dengan jawabanku.
" Apa om
shalat?"
" Jangan marah
yaaah Umm.. aku belum bisa?
" Kenapa"
" Aku sibuk Ummi,
aku sibuk. "
" Om jujur yah..
om sibuk atau belum bisa baca shalat?
"
belum Ummi, aku belum bisa shalat.
…..????? (Ummi)
Kembali
bayanganmu mampir dikepalku, aku harus bisa melupaknnmu. Aku sudah menikah..
aku harus belajar hidup baru, walau itu bukan keinginannku.
Dan,
kini aku hanya menunggu kabar yang tak tentu kejelasnnya. Sudah empat bulan kau
menghilang. Aku begitu rapuh. Aku tak berdaya. Semangatku menghilang. Kerjaku aras-arassen.
Aku kehilangan sandaran. Hatiku terasa lumpuh. Aku tak tahu. Apa yang aku
lakukan hari ini, ku berharap kau besok datang pada acara perkawinanku,
seminggu lagi. Aku ingin kau menyaksikan acara yang sangat kurindukan walau
akhirnya aku menikah bukan dengan kamu, aku dijodohkan orangtuaku. Aku tak
dapat mengelak. Jika kau ada pasti aku akan menikah denganmu. Ah, manamungkin
juga kau sudah ada yang punya. Menjelang pukul 21.00, guyuran hujan baru saja
berlarian meninggalkan bangunan tua itu, kami lebih suka menyebutnya pondok
pesantren. Aku duduk disudut bangunan itu,
aku kembali teringat sosok yang aku nanti-nantikan kembali kehadirannya
walaupun kehadiranmu hanya semu. Aku memangil Beni dengan panggilan om itu
disebuah tempat, disuatu watku yang entah dimana, entah kapan," aku
lupa,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nama