CeritaKu

Jumat, 22 Februari 2013

Maafkan aku, Ummi




Batam, (Beni)
Semua berawal dari sini. Dari suatu ketidak kesengajaan, kau yang mengawali, aku tak kenal kau dan kaupun begitu. Aku tak tahu kenapa kau yang memulainya.
Maafkan aku ummi. Maafkan. Aku kangen. Aku rindu. Memang aku yang memintamu tuk melupakankku tapi ternyata aku tak mampu. Aku sadar itu Ummi. Aku sadar itu Ummi. Sadar dengan sesadarnya.  Tak tahu kenapa hati ini, memintaku tuk memutar memori tentang kita kembali, saat kita sering bermain dengan kata sayang, saling berciuman lewat telephon. Ya mungkin karena kita belum pernah ketemu, kenal wajahnya juga belum. Satu hal yang menarik, kau selalu membuatku tersenyum kau begitu lucu, imut aku belum kenal kamu Ummi, hanya lewat suara telphon yang biasanya kita lakukan menjelang tidur. Semua berawal dari sini dari sebuah nomor nyasar . aku tak tahu, pada awalnya aku merasa terganggu, tapi kian hari kian tak tahu, mungkin kau risih setelah aku cerita panjang lebar tentang keburukan yang pernah aku lakukan. Kau mungkin masih ingat apa yang aku ceritakan, pada awalnya aku ragu tuk menceritakan semua itu, tapi aku sudah percaya kamu Ummi. Ummi maafkan aku, maafkan aku terlalu fulgar, mungkin kau adalah gadis yang pernah aku kenal  dan sampai pada saat ini. Aku tak peduli aku terus bercerita aku memilih jujur. bahkan untuk menceritakan perbuatanku yang tak patut dilakukan oleh selayaknya suami istri aku sudah melakukan perbuatan itu  enam kali. Aku jujur. Mungkin aku mulai jujur dan terbuka ketika kau menanyakan tentang shalat padaku. Aku jujur belum bisa melaksanakan shalat karena  aku sibuk kerja. Ya sibuk kerja . itu memang alasan yang tepat. Tapi kau malah mendesakku dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatku malu. Ya. Mungkin kau tinggal dipesantren yang dikenalkan dengan dunia agama sementara aku dan  keluargaku tak pernah makan dunia pesantren.  Tapi bahasa yang kau pakai mampu membawaku kedalam imajinasi surga cinta buta . Aku teringat pangeranmu pasti marah kalau dia tahu.  membuka masa lalu, yang mungkin  membuat kita sakit. Aku juga tahu sebenarnya Ummi juga sudah bertunangan, aku tahu Ummi, aku sadar, maafkan aku Ummi, tapi rasanya hati ini ingin mengulang memori dulu yang pernah kita bangun. Aku sadar sebenarnya itup adalah salahku, dan kamu tak salah.
Foto yang kau kirimkan lewat pangeranmu, masih aku simpan. Memang itu salah,tapi itu kelicikannku aku tak ingin kehilangnnmu. Aku lebih tak tega jika pangeranmu senyum dalam kepedihan.
*****
Cilacap, (Ummi)
Setahun kurang 17 hari aku menunggumu mendengar suara yang sudah  lama aku rindu dan aku tunggu sampai aku menangis. Aku ingin bicara banyak sampai sekarangpun aku belum tahu kabarmu, nomor telephonmu ga aktif nomorku sudah ganti, aku tak bisa mencari dirimu,  lewat temanpun aku sudah kulakukan dan ternyata hasilnya nihil, siapa yang dapat menunjukan keberadaan mu. Alamatmupun aku tak punya. Mungkin kita belum terlalu jauh dalam berkenalan. Mungkin kamu juga begitu. Yang aku tahu hanyalah sebuah kata yang selalu ku ingat nama kota tinggalmu wangon. Ya wangon. Kau sebut nama kota itu berulang-ulang padahal aku tahu wangon itu luas. Tapi kenapa. Begitu bodohnya aku tidak menanyakan alamat yang tepatda aku  juga tidak memberikan alamatku padamu. Aku bodoh sekali Tuhan. Bodoh. Aku mungkin manusia terbodoh didunia.
Rasa kangen ini aku tahan. Aku hanya bisa menangis. Tiga hari yang lalu aku pergi kewangon aku teringat dirimu , tapi aku tak tahu apa yang harus kuperbut. Aku tak tahu keberadanmu kabar terakhir kamu bilang kamu kerja di Batam. Aku hanya bisa menangis. Aku rasanya lemah banget om. lemah banget. Aku tahu mungkin panggilan ini risih didengar olehmu. Aku tahu, tapi aku enggak ingin pangeranku cemburu. aku enggak ingin menyakiti. walaupun sebenarnya pangeranku tersakiti. Aku mungkin salah. Maafkan aku mas. Maafkan aku sayang. Mungkin aku adalah wanita terjahat yang pernah kau kenal. Aku kembali menangis.
Beberapa detik aku terdiam. Aku masih menangis duduk diatas kasur sembari memeluk bantal. Rasa rindu ini tak tertahan lagi. Ingin bicara banyak  aku tak mengerti apa yang harus aku lakukan. Mencari di face book tentangmu tak ada. Apa mungkin namamu bukan namammu. Aku belum bisa berhenti menangis. Mungkin kamu juga begitu om?
Aku tidak tahu apa yang terjadi kemudian. Aku hanya bisa diam menunggu sampai akhirnya aku putuskan bertanya pada pangeranku.
" Ada kabar enggak dari om?
Kenapa?
Kangen?
Kau diam sejenak. Mungkin kau sakit. Mungkin kau menangis. Kau tak menjawab apa-apa. Aku putuskan tuk menutup telephon aku tak ingin membuat perkara lagi. Harapanku mungkin om pernah memberi kabar dirinya pada pangeranku. Itu firasatku dan aku yakin  karena dulu aku pernah memberi nomor itu pada kamu om. Ya mungkin kalau itu belum kau hapus. Kalau sudah kau hapus ya mungkin kita sudah tak ketemu lagi.
Perjalanan kita begitu singkat. Hanya empat bulan. Lalu kau meninggalkan aku tanpa kabar. Ya mungki  itu adalah keinginanmu. Kau takut pangeranku cemburu. Kau tahu pangeranku pasti cemburu. Kau tak ingin menyakiti pangeranku. Tapi mungkin aku yang egois. Aku juga tahu apa yang kita lakukan itu pangeranku akan marah. Aku tak perduli. Aku terlalu egois. Tapi aku tak peduli itu. ,maafkan aku sayang. Maafkan aku. Mungkin aku merasa aku masih muda aku ingin bermanja-majaan dengan orang lain. Bukan dengan calon suamiku. Aku tahu pasti kau sakit. Tapi aku tak peduli. Mungkin kau akan menangis melihat kelakuannku.
*****
 Disuatu malam (Beni)
Sayang, kau dengar jeritan hatiku selalu menggailmu. Ummi. Mungkin nama itu cukup tua bagimu tapi kau yang minta aku pangil dirimu. Teman-temanmu juga banyak yang memanggilmu Ummi. Tapi kau malah panggil aku Om. Aku tak tahu kenapa kau suka panggil dengan panggilan Om. Mungkin untuk ukuran pacaran bukan levelnya. Tapi itu sudah jadi kesepakatan kita. Dulu aku panggil kau Mami dan kuminta kau pangil aku Papih tapi kau malah menolak. Kau lebih suka di panggil Ummi. Dan kau lebih suka manggil aku om. Ah, aku tak perduli semua itu.
Aku merebahkan tubuhku keatas kasur yang sangat empuk. Aku masih membuka memori kita. Aku sangat bersalah pada pangeranmu. Aku merebut kebahagiaannnya. Aku menatap candela kamar. Ada gerimis diluar yang mengalir bersama dengan kisah kasih kita. Aku masih merenung. Dan bertanya-tanya dalam hati, sebuah pertanyaan yang misterius. kenapa aku jatuh cinta pada orang yang tak aku kenal. Bertemupun aku tak pernah. Aneh.  Aku masih berdiri memandangi gerimis diluar. Aku masih menangis menahan rasa rindu. Aku juga tak tahu apa yang harus aku lakukan. Nomormu sudah aku hapus, itu memang keinginanku. Tapi ternyata itu malah membuatku rindu. Aku hanya bisa berharap kau hadir kembali memberi senyum manis tuk ku. Kau adalah penyemangat dalam hidupku. Mungkin aku belum pernah merasakan tertawa lepas seperti kau ketika bicara. Kau membuatku senyum dan semangat. Dan aku merasa tanpamu hidupku lumpuh. Aku tak tahu adakah penggantimu yang mampu menggantikan posisimu. Mungkin aku jahat. Tapi yang aku inginkan kau jadi permasuriku Ummi. Aku egois. Aku terlalu egois. Tapi kau sudah ada yang miliki. aku ragu semuanya akan terjadi Karena kau anak shalikhah sedangkan aku? Ah tak perlu aku ulangi ceritaku.
*****

" assalamu'alaikum om.." beberapa kali aku salam kau tak pernah jawab, satu dua kali mungkin itu wajar tapi kali ini lebih dari itu aku heran. Bukannya njawab tapi malah kau sapa aku dengan kata sayang. Ya memang itu yang membuat aku terpanah oleh rayuan gombalmu. Tapi sampai detik ini aku juga belum tahu om islam atau bukan, aku belum pernah mendengar ucapan salam tuk ku, kau lebih memilih dengan sapaan sayang ketimbang salam. Ya mungkin kita beda. Ah sudalah lupakan.
……..????!?? (Beni)
 Sebelas hari yang lalu, kamu bertanya padaku. Pertanyaan yang membuat aku berfikir 100 % lebih maksimal.
" Om agamanya islam kan?" pertanyaan lugu yang baru pertama aku dengar dari seorang cewek. Aku rasa kau takut tuk menayakan hal itu padaku. Aku diam. Tertegun dengan pertanyaan yang terlontar dari bibir manismu.aku berfikir. Aku belum njawab pertanyaanmu kau sudah minta maaf. Mungkin kau takkut aku tersinggung.  Ya mungkin kau sudah menata bahasa yang pas tuk  melontarkan pertanyaan itu. Tapi aku masih diam,
" kenapa sih ko Tanya begitu? Jawabku enteng" kau masih belum puas dengan jawabanku. Kau masih penasaran.
" Om kenapa ketika aku salam ga pernah dijawab. Itu adalah pertanyaan yang selalu menghantuiku. Aku penasaran om. Penasaran. Ya mungkin jika petayaan ini membuat kau tersiggung atau apa makna yang senada sudah ga usah dijawab.
" Ummi sayang, aku agamanya islam 100%"
Kau masih penasaran. Kau masih belum  puas dengan jawabanku.
" Apa om shalat?"
" Jangan marah yaaah Umm.. aku belum bisa?
" Kenapa"
" Aku sibuk Ummi, aku sibuk. "
" Om jujur yah.. om sibuk atau belum bisa baca shalat?
" belum Ummi, aku belum bisa shalat.

 …..????? (Ummi)
Kembali bayanganmu mampir dikepalku, aku harus bisa melupaknnmu. Aku sudah menikah.. aku harus belajar hidup baru, walau itu bukan keinginannku.
Dan, kini aku hanya menunggu kabar yang tak tentu kejelasnnya. Sudah empat bulan kau menghilang. Aku begitu rapuh. Aku tak berdaya. Semangatku menghilang. Kerjaku aras-arassen. Aku kehilangan sandaran. Hatiku terasa lumpuh. Aku tak tahu. Apa yang aku lakukan hari ini, ku berharap kau besok datang pada acara perkawinanku, seminggu lagi. Aku ingin kau menyaksikan acara yang sangat kurindukan walau akhirnya aku menikah bukan dengan kamu, aku dijodohkan orangtuaku. Aku tak dapat mengelak. Jika kau ada pasti aku akan menikah denganmu. Ah, manamungkin juga kau sudah ada yang punya. Menjelang pukul 21.00, guyuran hujan baru saja berlarian meninggalkan bangunan tua itu, kami lebih suka menyebutnya pondok pesantren. Aku duduk disudut bangunan itu,  aku kembali teringat sosok yang aku nanti-nantikan kembali kehadirannya walaupun kehadiranmu hanya semu. Aku memangil Beni dengan panggilan om itu disebuah tempat, disuatu watku yang entah dimana, entah kapan," aku lupa,"






































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nama