CeritaKu

Jumat, 22 Februari 2013

Dia Bukan Milikku Lagi


“Maafkan aku ‘Aisyah”
“Kenapa” tanyaku penasaran
“ aku telah menyakiti hatimu, aku sering nyuekin kamu”
“ Ga ada  yang perlu dimaafkan, semua salah ku, dalam hal ini aku yang salah. aku yang telah merebut kebahagiaanmu dengannya”
“ Tapi ‘Aisyah,,,”
“ Nggak Han,, aku yang salah, aku yang tak tahu diri”
“ Aku tak ingin menyakiti hatimu ’Aisyah,, tapi aku tak bisa”
“ Sudahlah, ga ada yang perlu kau sesali, dia lebih pantas untukmu”
“Sekali lagi aku minta maaf ‘Aisyah, bukan bermaksud aku menyakiti hatimu”
“ Sudahlah, ga usah dibahas, yang lalu biarlah berlalu, semoga bahagia, kamu bersamanya, “ kataku mengakhiri kalimat.
“tapi perasaanmu?”
“Sudahlah Han, jangan pikirkan aku, konsentrasi saja sama cewekmu, katakan pada dirinya bahwa kita sudah tidak ada hubungan apa-apa, biar dia merasa tenang”
“tapi aku ga enak ama kamu”
“ ga papa kok, di bikin enjoy aja, nanti lama-lama juga terbiasa”
“tapi aku ga bisa”
“ sudahlah. Jangan pikirkan aku, kamu sudah mantapkan dengannya kan?”
“ insya Allah”               

%%%%
Satu kaputusan yang selama ini aku tunggu-tunggu. Yang selama ini ku nanti-nanti. Aku sudah siap dengan keputusan yang akan kau lontarkan, sebenarnya aku yakin kau bukan tipe orang yang mudah menyakiti hati seorang perempuan. Dan aku tahu kau bukan tipe orang yang main-main walaupun kau secara fisik humoris. Aku paham betul dengan sifatmu. Aku tahu itu, tapi kenapa kau lebih memilih dirinya. Lebih memilih dia. Tapi itu keputusanmu. Aku hargai keputusannmu. Aku sadar aku bukanlah perempuan yang baik untukmu. Aku bukan perembuan yang baik buat putra-putramu kelak. Aku masih perlu banyak belajar tentang hidup. Tentang cinta dan sakit hati. Aku juga sebenarnya bisa membaca apa yang ada dalam hatimu. Aku sedikit pernah membuka diare yang kau selipkan pada tumpukan buku, yang tak aku sengaja membukanya. Kau tuliskan kata disatu halaman, “ nabipun poligami, mengapa kita ga poligami, poligami asyik dan nmengasyikkan” begitu kata-kata yang kau tuliskan pada sebuah lembar diare kecilmu, maaf aku telah membukanya tanpa ijin darimu. Pernah mampir dalam benakku, apa benar apa yang kau tuliskan. Apa benar kau ingin menduakanku . Aku masih penasaran, apa benar kau ingin poligami. Disatu sisi emang ada benarnya,  kalau mampu  mampu kenapa tidak, agama tak melarang. Maksimal 4 didalam surat an Nisa pun sudah jelas diterangkan tentang pernikahan lebih dari satu. Tapi aku tak ingin dipoligami. Aku tak mau kau duakan. Aku tak mau. Aku tak sanggup.
Sakit rasanya. Sangat. Sangat sakit. Apa kau tahu apa yang aku rasakan selama ini? Apa kau tahu tentang rasa yang ada dalam dada ini? Mungkin kau tau, dan aku yakin kau tahu, tapi kenapa kau menyakiti aku? Membunuh secara pelan-pelan. Dan aku sadar aku bukanlah perempuan yang baik untukmu. Mungkin dia lagi beruntung bisa mendapatkan simpatik darimu, dan mungkin kegagalan sedang memihak padaku. Aku sakit. Sakit sekali, belum ada obatnya, mungkin jika sakitku bisa kutemukan diapotik, aku akan segera membelinya untuk mengobati luka ini. Aku sadar aku bisa menerima keputusanmu.
Mungkin suatu saat kau akan kembali kepadaku, pada diriku yang malang. Tapi dengan keadaan yang berbeda, berbeda dan kau mungkin sudah dengan gadis yang kau pilih, dan aku sudah dengan pangeran yang ada disampingku, mungkin kisah cinta kita sudah sampai disini, disini. Hari ini malam ini. Aku sadar dan menyadari itu, aku maklum dengan keputusanmu, yang namanya orang memang kadang pasang surut, tapi kali ini beda.
Aku tak mau tahu alasan kenapa kau lebih memilih dia, aku tak peduli, yang ada hatiku sekarang ini sakit seperti diiris-iris pisau, sungguh sakit.
Mungkin kau rasa aku bisa hidup tanpamu, tapi aku tak bisa, aku masih menyayangimu, masih ada bekas janji cinta yang pernah kau katakan, masih ada dalam asaku, mungkin kau sedang dalam keadaan belum stabil.aku tak tahu apa yang membuatmu lebih memilih dia, mungkin ia lebih kaya dan lebih bermartabat. Ku akui diriku memang nista, diriku memang hina, tapi aku lebih mempunyai harga diri. Aku tak ingin kau duakan. Dan aku juga tak ingin menyakiti dia. Dia yang lebih dulu menyayangimu. Sudahlah, mungkin kisah cinta kita cukup disini. walaupun aku masih berharap dengan kesia-siaan, tapi entah kenapa diri ini masih berharap kau akan hadir kembali pada suatu saat. Mungkin aku tak tahu diri, sudah jelas-jelas kau sudah memilih dia, tapi aku masih ngotot untuk memilikimu, walaupun itu sudah menjadi keputusanmu, entahlah. Mungkin ini adalah harapan yang sia-sia.
Aku masih ingat betul apa yang kau katakana padaku, tepatnya janji yang kau katakana padaku, pada diriku yang sudah bukan menjadi milikmu. Aku akan menjadi imam mu. Begitu singkat dan jelas apa makna yang terkadung didalamnya, kau ingin menikah denganku dan membina rumah tangga bersama-sama susah senang hadapi bersama. Aku yakin kau akan kembali padaku. Enatah esok atau lusa.
Terlalu sakit tuk dikenang. Terlalu membuang waktu tuk mengenangmu. Mungkin dalam hal ini aku yang salah. Mungkin diatara semuanya akulah yang salah. Maafkan aku, aku belum bisa menjadi perempuan yang baik, aku perlu belajar lebih banyak. Mungkin aku masih terlalu manja.mungkin Sikapku yang kekanak-kanakan membuat kau  boosan atau membuat kau risih. Aku tak tahu, atau aku memang tak tahu diri, tak bercemin pada kaca, tahu siapa yang ada didepanku, kau terlalu suci untukku, aku terlalu kotor untukku, mungkin Tuhan belum mempertemukan kita.
Aku hanya ingin setia. Setia sehidup semati. Suka duka jalani bersama. Tapi kenapa kau menghianatinya. Kau lebih memilih dia. Kau lebih mencintainya.
%%%%%%
Aku duduk didepan teras memandang jauh kelangit yang berbintang, disampingku duduk mbak Shinta, kakakku yang setia menemani diriku yang malang, kami hanya duduk menikmati indahnya malam, pandanganku jauh menerawang kelangit. Hanya ditemani sebuah teh   hangat dan sepiring pisang goreng kesukaanku, tapi kali ini rasanya berbeda, tanpa kau. Teh  dan pisang goreng hambar. Rasanya enggan untuk menyentuhnya.
Malam ini tak seindah dulu, walau bintang menghiasi indahnya malam, apalah arti indanya malam jika malam ini kau tak berada disisiku. Apalah rasa hidup tanpamu, hampa tanpa rasa, rasa asinpun tak ada.
Kau sudah pergi dalam hidupku.
“’,,,Aisyah sudahlah, ga usah dipikirin, nanti kalau jodoh pasti akan kembali, kalau bukan jodoh mungkin Tuhan akan mengirimkan jodoh yang terbaik untukmu.”
Aku terdiam seolah tak mendengarkan apa yang diucapkan oleh ibuku. Ibuku selalu berada disampingku, menemaniku.
“ mbak, aku sedih”
“Kenapa harus sedih? Hidup itu memang ada pahit dan enaknya, dibikin enjoy aja ,,” komentar mbak Shinta.
“ diputus mbak,,”
“hmm, baguslah kalau begitu”
“kok bagus sih mbak, bukannya ikut perihatin”
“ berarti bukan jodoh de” kata kakaku
“tapi aku masih ingin bersamanya”
“kalau emang jodoh pasti ia akan kembali, bersabarlah de’..”
“aku masih menyayanginya, dan aku masih berharap ia akan kembali mbak,..”
“sudahlah, jangan terlalu dipikirkan, belum tentu ia memikirkan kamu, anggap saja ga pernah kenal sebelumnya dan biarkan ia menikmati hidupnya  sendiri. Terang mbak Shinta panjang lebar.” kalau ia emang dia sayang n cinta pasti ia takan membiarkan dirimu sakit, takan ingin membiarkan  dirimu meneteskan air mata. Kata mbak shinta menambahkan.
Sementara aku larut dalam kediaman dan kebisuan. Aku hanya diam. Diam dan diam
“ dan perlu diingat kamu harus tingkatkan kualitas diri, pasti kalau kau kualitas dirimu bagus,  pasti kamu akan mendapatkan yang special,,, intropeksi diri, kalau ia emang orang baik ia akan berjodoh dengan orang yang baik pula, begitu sebaliknya, jika kamu emang orang baik pasti jodohnya akan baik pula”
aku masih ,meresapi kata-kata mbak Shinta. Dan perlu diingat yang  special akan mendapatkan yang special camkan itu” kata mbak Shinta dengan menekankan kata yang special akan mendapatkan yang special.”
            Ada benarnya juga kata mbak Shinta, mungkin aku bukan wanita yang terbaik untuk dirinya, dan mungkin ia bukan lelaki yang terbaik untuk diriku, dan mungkin aku harus memperbaiki diri, membenahi yang baik dan belajar untuk lebih baik,
            Aku akan membenahi kata-kata mbak Shinta, tingkatkan kualitas diri, tingkatkan kualitas diri, tingkatkan kualitas diri. Aku akan mengingat pesan Mbak Shinta Kakakku.
%%%%








   
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nama